Klik Link Berikut Untuk Artikel Terkait:
Analisis Historis dan
Budaya
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan
kepada seorang bernama Teofilus (1:1,3; Kis. 1:1). Injil Lukas adalah salah satu dari empat tulisan yang
mengawali Perjanjian
Baru.[1] Injil Lukas digolongkan sebagai Injil Sinoptik bersama dengan Injil Matius dan Injil Markus.[2]
Isi pemberitaannya mengenai
kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus.[3] Pada awalnya, Injil ini, bersama
dengan Kisah Para Rasul, beredar tanpa nama. Injil
ini juga sama dengan Injil yang lainnya yaitu juga memiliki penekanan-penekanan
khusus. Penulis buku Handbook to the
Bible mengatakan, “Keempat kitab Injil masing-masing mempunyai
penekanan-penekanan khusus. Lukas
menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna
menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat tentang segala sesuatu yang
dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat (Kis. 1:1b- 2a).”[4] Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditunjukkan kepada
orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini. Dalam
kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani
yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan
keselamatan.
Di kalangan para ahli Perjanjian Baru, penulis
kitab ini adalah dokter Lukas yang pernah menjadi sahabat karib Rasul Paulus.[5] Penyusunan Injil Lukas
menggunakan bahan-bahan tulisan yang kurang lebih sama dengan yang digunakan
dalam Injil Matius dan Injil Markus, tetapi hasil susunannya
tidak persis sama dengan kedua Injil tersebut.
Senada dengan itu Samuel Benyamin Hakh
mengatakan, “Penulis Injil Lukas
adalah Lukas seorang pengikut Paulus.”[6] Ray
C. Stadman juga menuliskan, “penulis kitab
ini adalah Lukas, seorang Tabib, rekan Paulus.[7]
Dari beberapa
pernyataan ini maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Lukas adalah dokter Lukas sendiri seorang
dari salah satu Murid Tuhan Yesus pengikut
Paulus.
Mengenai
latarbelakang penulisan Injil Lukas bahwa
sebenarnya Injil itu ditulis karena orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias
yang telah dijanjikan. Wahyu Eco mengatakan, “Matius menulis Injilnya
dilatarbelakangi karena orang Yahudi menolak
Yesus sebagai Mesias mereka sehingga Matius dengan tegas menuliskan
silsilah Yesus.”[8]
M.E Duyverman juga mengatakan,”Injil Matius ditulis untuk meyakinkan dengan
sistematis dan dengan penuh hormat bahwa Yesuslah Mesias yang dijanjikan Allah
di dalam Perjanjian Allah.”[9]
Jadi sudah
sangat jelas bahwa latarbelakang Injil ini ditulis karena ketidakpercayaan
orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu.
Mengenai budaya
yang berpengaruh sekitar penulisan kitab Lukas
adalah budaya Yahudi yang banyak dipengaruhi budaya Yunani di sekitar mereka.
J.I Packer dkk. Mengatakan, “Orang Yahudi dipengaruhi oleh Kebudayaan Yunani
yang ada di sekitar mereka, dan hal ini terjadi baik pada orang Yahudi yang
tinggal di Palestina maupun pada mereka yang tinggal ditempat lain.”[10] Kebudayaan
utama yang ada saat itu adalah kebudayaan Yunani atau Helenisme. J.I Packer
dkk. Mengatakan, “Orang Yahudi dipengaruhi oleh Helenisme seperti bangsa-bangsa
lain. Dalam beberapa hal (seperti makanan dan ibadat) agama Yahudi tidak
memungkinkan para penganutnya menerima gagasan-gagasan Yunani.”[11]
Jadi dapat
disimpulkan bahwa budaya yang mempengaruhi sekitar penulisan Kitab Lukas adalah kebudayaan
Yunani atau Helenisme.
Analisis
Konteks:
Konteks
Dekat
Konteks
dekat pada perikop ini terdapat pada ayat sebelumnya yaitu pada ayat 27 “pada
waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala
kekuasaan dan kemulian-Nya”. Konteks ini memaparkan tentang kemunculan Anak
Manusia dipandang dengan segala kekuasaan dan kemuliaan, namun belum secara
kelihatan, tetapi dalam awan-awan karena dalam menjalani penghakiman seperti
ini, awan dan kegelapan akan mengelilingi-Nya.[12] Ini
merupakan nubuat Yesus yang dikenal sebagai khotbah di Bukit Zaitun, dan
merupakan uarain yang sama, dimana Yerusalem kota suci orang Yahudi merupakan
titik pusat dari nubuat.[13]
Konteks
Jauh
Konteks
jauh pada perikop ini terdapat dalam Matius 24: 29-36 . mengenai kedatangan
Anank Manusia yang diumpamakan Pohon Ara. Ayat 32 “Tariklah pelajaran dari
perumpamaan tentang pohon ara: apabila ranting-rantingya melembut dan mulai
bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.” Dari perumpamaan tersebut
dipahami bahwa waktunya sudah dekat mengenai kedatangan anak manusia tersebut
yaitu Yesus Kristus, dan tidak ada seorang pun yang tahu, malaikat dan Anak pun
tidak tahu, hanya Bapa sendiri yang tahu.
Signifikasi
Kata Kunci:
Kata
kunci: Kerajaan Allah
Makna kata
Kata
kerajaan dari bahasa Yunani “basileiva” (basileia), dalam bentuk noun, feminine, singular, accusative.”[14] Yang
berarti “kuasa sebagai raja; kuasa kerajaan; (wilayah) kerajaan; kerajaan;
kerajaan (Allah)” dipakai sebanyak 162 kali dalam Perjanjian Baru”[15]
James Strong menerjemahkan akar kata “basileiva” tersebut dengan royalty, i.e rule, kingdom,
reign. Dapat diartikan Raja, kekuasaan, pemerintahan. Samuel Banyamin Hakh
mengatakan, “Ungkapan Kerajaan Allah bukan menunjuk kepada suatu lokasi
tertentu dari kerajaan itu melainkan menunjuk kepada pemerintahan atau
kedaulatan Allah.”[16]
Hasan Sutanto mengatakan, “Kerajaan Allah bersifat universal, yang mencakup
segala makhluk baik yang di Surga maupun yang di bumi yang taat kepada Allah
sepenuhnya.”[17]
Jadi dapat disimpulkan bahwa makna Kerajaan Allah adalah suatu bentuk
pemerintahan atau kedaulatan Allah yang berlaku secara universal bagi segala
makhluk baik di surga maupun dibumi.
Pesan Utama
Teks:
Yesus
menunjukkan bahwa dunia ini adalah ladang Tuhan Allah. Tunas pohon ara bisa
diartikan sebagai perbuatan baik dan buruk yang siap di pertanggungjawabkan.
Musim panas diartikan sebagai penghakiman Allah. Karena Yesus telah memenangkan
dunia ini lewat pengorbanannya maka Ia berhak melakukan penghakiman. Yesus
mengingatkan umat-Nya agar tidak terbuai dengan zona nyamannya, kemewahan
duniawi. Karena itu setiap orang harus lebih berhati-hati dengan senantiasa
berdoa, menjaga hati agar tetap pada kehendakNya. Apabila penghakiman tiba maka
tidak ada lagi kesempatan bagi kita memberitakan Injil.
[1] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian
Baru:Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya.
Bandung : Bina Media Informasi2010. Hlm.268
[3] Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1.
Bandung : Bina Media Informasi. Hlm.103.
[8]Wahyu Eco, Karasteristik
Injil Lukas, http://suarainjili.blogspot.com/2008/05/karasteristik-injil-Lukas-penulis.html, diakses 15 Mei 2017.
[9]M.E Duyverman, Pembimbing
ke Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,1992), 46.
[10]J. I Packer dkk. Ensiklopedia
Fakta Alkitab (Malang: Gandum Mas, 2001), 1041.
[14]Hasan Sutanto, Perjanjian
Baru Interliner Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru-jilid I
(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), s.v “basilei'a..”
[15]Idem, Perjanjian Baru Interliner Yunani
Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru-jilid II (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2003), s.v “basilei'a..”
[16]Samuel Benyamin Hakh, Pemberitaan
tentang Yesus menurut Injil-Injil Sinoptik (Bandung: Jurnal Info Media,
2008), 25.
[17]Hasan Susanto, Hermeneutik(
Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab) (Malang: SAAT, 1989), 356.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar